Dalam kancah musik rock alternatif Bali, nama Lanang tak dapat dipisahkan dari Lolot Band. Sebagai basis dan salah satu anggota inti, Lanang bukan hanya sekadar penentu ritme, melainkan juga sosok yang turut membentuk karakter dan perjalanan panjang band legendaris ini. Dikenal dengan kepala botaknya dan julukan "Mr. Botax", Lanang adalah musisi multitalenta yang perjalanannya penuh warna, dari panggung festival hingga proyek solo, serta kini merambah dunia kuliner dan politik.
Perjalanan Awal Musik dan Munculnya "Mr. Botax"
Ketertarikan Lanang pada musik dimulai sejak muda. Ia telah nge-band serius sejak SMA kelas 2, ketika ia diajak bergabung dengan Fatamorgana. Di band ini, ia bermain keyboard dan rutin manggung di pub-pub di Sanur dan Kuta, membawakan musik reggae full. Pengalaman ini membuatnya terbiasa dengan panggung dan interaksi dengan penonton, termasuk para wisatawan Jepang yang kala itu ramai di Bali.
Lanang juga terlibat dalam beberapa proyek musik lainnya, termasuk menjadi pemain keyboard untuk band Biru, yang sukses menjuarai festival band di Surabaya dan masuk kompilasi rekaman. Ia juga sempat bergabung dengan Crotochip, sebuah band ska yang ia ikuti setelah dikenalkan oleh Bobby Kool. Di Krotochip, ia berkontribusi dalam aransemen empat lagu dan penulisan lirik bersama Eka SID. Sebelum Krotochip, ia bahkan memiliki band di SMA bersama Robi Navicula, yang mana ia juga sesekali menjadi additional drummer untuk Navicula.
Julukan "Mr. Botax" yang melekat padanya berawal dari insiden rambut rontok sebagian saat ia mencoba bleaching rambutnya pada era album ketiga Lolot di tahun 2005. Rambutnya rontok separuh dan tidak tumbuh lagi. Ia kemudian berdoa agar rambutnya lengar (botak) seumur hidup agar tidak perlu repot mengurus rambut. Nama ini kemudian ia gunakan untuk side project solonya.
Bergabung dengan Lolot Band
Titik balik penting dalam perjalanan musik Lanang adalah pertemuannya dengan Made Bawa (Lolot). Ia pertama kali diperkenalkan dengan Lolot oleh Bobby Kool. Lanang, yang sudah sering bertemu Donnie Lesmana di festival band, diajak oleh Bobby dan Made Bawa untuk bergabung mengisi posisi bass dan membantu aransemen lagu Lolot.
Awalnya, Lanang dan Donnie hanya direkrut sebagai session player untuk rekaman album pertama Lolot, "Gumine Mangkin", tanpa ada rencana membentuk band permanen. Namun, Gus Mantra, pemilik Pregina Studio, melihat potensi besar pada mereka dan meyakini bahwa Lolot harus menjadi sebuah band dengan formasi yang solid. Dengan Donnie sebagai gitaris dan Deni Surya sebagai drummer, Lolot Band pun terbentuk dan dengan cepat meraih popularitas luar biasa di Bali.
Peran dan Kontribusi dalam Lolot Band
Lanang dikenal sebagai basis dengan gaya permainan groove yang kuat. Ia sangat mengidolakan band Gigi dan permainan groove mereka. Dalam proses aransemen lagu Lolot, Lanang biasanya memberikan aransemen dasar dengan gaya groove khasnya, yang kemudian diterjemahkan dan diperdetail oleh Donnie. Meskipun lagu-lagu Lolot sebagian besar dibuat oleh Made Bawa, peran Lanang dalam membentuk musikalitas dan aransemen sangat krusial. Ia bersama Donnie dan Deni dikenal sebagai musisi-musisi jebolan kompetisi band yang memiliki musikalitas dan kedisiplinan tinggi.
Lanang adalah sosok yang santai dan memiliki kemampuan mencairkan suasana. Ia menjadi "penengah" dalam band, terutama saat Made Bawa dan Donnie terlalu pendiam. Ia juga dikenal sebagai orang yang paling humoris dan suka melawak di atas panggung. Karakternya yang temperamental namun menggebu-gebu justru menjadi pelengkap dinamika Lolot.
Masa Vakum dan Proyek Mr. Botax
Pada tahun 2008, Lolot Band dikabarkan vakum karena kejenuhan dan kebutuhan untuk "refreshing". Selama masa vakum ini, Lanang tidak berhenti berkarya. Ia membuat side project solo bernama Mr. Botax. Proyek ini menghasilkan dua album selama tujuh tahun. Musiknya berbeda dari Lolot, lebih mengarah ke fusion rock dengan sentuhan gamelan Bali.
Reuni Lolot Band dan Kembali ke Akar
Lolot Band kembali aktif pada tahun 2009 dengan album "Pejalan Idup" dan secara penuh pada 2013-2014. Keputusan untuk kembali ini datang dari rasa kangen di antara para personel dan desakan dari para penggemar. Lanang mengaku, momen di mana ia, Donnie, dan Icuk (drummer saat itu) tampil di Akasaka membawakan lagu Lolot bersama Made Bawa, memicu reaksi luar biasa dari penonton. Video penampilan tersebut viral dan menguatkan niat mereka untuk kembali.
Saat kembali ke Lolot, Lanang berjanji untuk mengarahkan musiknya kembali ke genre reggae yang ia geluti di awal karirnya, sebagai bagian dari basic Lolot. Pergantian drummer dari Deni Surya ke Hendra Dwi Artha Guna juga terjadi pada periode ini. Lanang, bersama Made Bawa dan Donnie, menerima Hendra sebagai drummer baru, meskipun sempat ada fans yang membandingkan dengan Deni. Lanang melihat Hendra, yang lebih muda, dapat menemani generasi penggemar Lolot yang baru.
Di Luar Musik: Kuliner dan Politik
Selain bermusik, Lanang juga memiliki jiwa wirausaha. Ia kini memiliki warung Nasi Celeng Mister Botax yang telah beroperasi sejak 2018 di Jalan Raya Sesetan. Warung ini menyajikan menu babi genyol, soto bakso balung, dan juga olahan ayam untuk yang tidak mengonsumsi babi. Ia belajar meramu masakan dari ibunya dan telah menggeluti dunia kuliner sejak awal pernikahannya, bahkan sempat berjualan sembako dan kue di pasar.
Lanang juga memiliki ketertarikan pada politik. Ia mengaku telah mengibarkan bendera partai politik sejak sebelum terjun ke dunia musik secara profesional. Dengan didikan marhaen dari keluarganya, ia sempat mencalonkan diri sebagai DPD RI dan meraih posisi ke-10 dengan 79.000 suara sebagai pendatang baru. Ia masih berkomitmen untuk membantu tugas-tugas di partainya dan melihatnya sebagai cara untuk berguna bagi orang lain.
Filosofi dan Pandangan Lanang
Bagi Lanang, bermusik adalah sebuah dedikasi total. "Ketika saya sudah terjun saya harus total," ujarnya. Ia percaya pada konsistensi berkarya dan pentingnya menjaga kekompakan serta komunikasi dalam sebuah band. Lanang memandang bahwa band ini adalah keluarganya dan pekerjaannya, bukan lagi sekadar hobi. Ia juga melihat kejenuhan sebagai hal yang wajar dan pentingnya memberikan kebebasan bagi personel untuk memiliki proyek sampingan sebagai refreshing.
Lanang bangga melihat Lolot telah melampaui generasi. Penggemar lama kini membawa anak-anak mereka untuk menonton konser Lolot, menciptakan loyalitas turun-temurun. Ia juga meyakini bahwa musisi Bali harus tetap menjaga karakter lokal dalam karya mereka, tidak hanya terpaku pada mengikuti tren. Dengan segala dinamikanya, Lanang tetap menjadi fondasi yang kokoh, menjaga groove Lolot Band tetap hidup, dan terus berkarya demi musik Bali.
Lihat juga:
Lanang: Fondasi Groove, Sang Penghibur, dan Pilar Kekuatan Lolot Band
Deny Surya: Sang Pondasi Ritme, dari Lolot hingga Dialog Dini Hari
Donnie Lesmana: Sang Penjaga Melodi dan Fondasi Kekuatan Lolot Band
Hendra Dwiartha Guna: Sang Penjaga Ritme Generasi Baru dan Semangat Lolot Band
Tidak ada komentar:
Posting Komentar