Deny Surya dikenal sebagai salah satu musisi dan sound engineer kebanggaan Bali yang telah banyak menginspirasi. Perjalanan karier musiknya yang panjang dan penuh warna telah mengukir jejak signifikan dalam industri musik, khususnya di kancah musik Bali dan nasional.
Awal Mula Perjalanan Musik dan Ketertarikan pada Drum
Lahir dari lingkungan keluarga seniman, Deny Surya sejak kecil sudah akrab dengan musik. Keluarganya banyak berkecimpung di musik keroncong, dengan ibunya sebagai penyanyi keroncong. Alat musik pertama yang dikenalnya bukanlah drum, melainkan instrumen keroncong seperti ukulele, mandolin, bass, dan cello. Ketertarikan pada drum baru muncul saat ia mengikuti marching band di sekolah dasar dan mulai mencoba drum yang ada di rumah.
Deny mulai serius ngeband di masa SMA, bermain dalam band-band festival. Band pertamanya yang serius adalah Hydra, sebuah band pop indie yang bahkan sempat meraih rekaman nasional bersama Sony Music. Pengalaman ini menjadi titik balik penting baginya, karena di sinilah ia mulai tertarik pada dunia recording. Ia belajar secara otodidak tentang sound engineering, memanfaatkan alat rekaman Roland VS2480 yang diperkenalkan oleh Bagus Mantra, sosok produser dan pemilik studio Pregina. Deny bahkan menyebut Hydra sebagai "kelinci percobaan" pertama Bagus Mantra untuk studio recordingnya.
Peran sebagai Drummer Pertama Lolot
Pada awal tahun 2000-an, Deny Surya bergabung dengan Lolot Band, yang saat itu masih dalam tahap format awal dan belum menjadi band penuh. Peran Deny di Lolot bermula dari keterlibatannya sebagai session player di Pregina Studio milik Bagus Mantra. Lolot Band sendiri resmi dibentuk pada Agustus 2002.
Deny berkontribusi besar dalam proses rekaman album pertama Lolot, "Gumine Mangkin" (2003), yang dianggap sebagai pionir Bali Rock Alternative. Ia bertanggung jawab atas bagian drum dalam lagu-lagu hits seperti "Tresna Memaksa", "Putra Sesana", "Swalapatresna", dan "Isin Gumi". Lolot meraih popularitas luar biasa dan menjadi idola di Bali, bahkan mendapatkan berbagai penghargaan seperti Gita Denpost Award pada tahun 2004 dan 2005, serta Best Indie Music Awards dari SCTV.
Deny dikenal sebagai drummer yang perfeksionis dan memiliki intuisi musik yang sangat tinggi. Ia sangat detail dalam menghasilkan suara dan aransemen drum, seringkali disebut "cerewet" oleh personel lain karena standar kualitasnya yang tinggi. Bagus Mantra sendiri mengakui bakat Deny sebagai sound engineer dan drummer yang mampu menghasilkan karya dengan komposisi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Periode Vakum dan Perpisahan dengan Lolot
Pada tahun 2008, Lolot dikabarkan vakum, dengan alasan kejenuhan dan keinginan untuk refreshing. Deny menyebut fase ini sebagai "break" dan menegaskan bahwa tidak ada kata-kata formal tentang pembubaran band atau pengeluaran dirinya sebagai member. Ia bahkan sempat membantu mencari Lanang dan Doni saat Lolot berencana untuk kembali aktif.
Meskipun Lolot akhirnya kembali menggebrak dengan album barunya pada tahun 2009, Deny tidak lagi menjadi drummer tetap. Ia tidak bergabung kembali karena kesibukan dengan proyek-proyek musik lainnya dan Lolot tidak menghubunginya untuk menjadi bagian dari formasi permanen yang baru. Bagus Mantra mengungkapkan kesedihannya atas fase vakum Lolot, namun juga melihatnya sebagai bagian dari siklus alami band dan berharap Lolot tetap berkarya sebagai "aset" musik Bali.
Karier Pasca-Lolot: Dialog Dini Hari dan Peran sebagai Sound Engineer
Setelah vakumnya Lolot, Deny Surya melanjutkan perjalanannya dengan band Dialog Dini Hari (DDH), yang didirikan bersama Dadang (Navicula). Awalnya, DDH adalah proyek studio yang bertujuan untuk menjual lagu-lagu folk Dadang kepada investor. Namun, seiring berjalannya waktu, DDH berkembang menjadi band nasional dengan aliran musik acoustic folk yang berbeda jauh dari genre rock Lolot.
Deny menerima tantangan ini sebagai musisi sejati, yang mampu beradaptasi dengan genre dan personalitas yang berbeda. Ia terus mengembangkan kemampuannya dalam sound engineering, menangani berbagai klien nasional maupun internasional. Deny menekankan pentingnya kemauan, belajar otodidak, dan wawasan dalam dunia sound engineering, yang menurutnya tidak terbatas pada teori semata, melainkan juga harus melibatkan perasaan dan telinga.
Deny Surya tidak hanya dikenal sebagai drummer handal, tetapi juga sebagai produser dan arranger. Ia percaya pada pentingnya kolaborasi dan tim dalam berkarya, dengan filosofi "Saya bukan petarung tunggal, saya butuh teman". Ia juga aktif berbagi ilmu dan pengalaman kepada musisi muda, melihat Bali sebagai "kamus" kreativitas dalam musik.
Filosofi dan Warisan
Sepanjang kariernya, Deny Surya selalu menekankan pentingnya passion dalam bermusik, bukan hanya orientasi finansial. Ia percaya bahwa musik adalah sarana ekspresi yang jujur, di mana emosi dapat dituangkan secara terbuka. Deny terus berevolusi dan beradaptasi dengan perubahan industri, seperti terlihat dari transisinya dari analog ke digital recording.
Deny Surya adalah contoh musisi yang adaptif dan berdedikasi. Dari fondasi ritme di Lolot hingga eksplorasi akustik di Dialog Dini Hari, ia terus berkarya dan menginspirasi, dengan keyakinan bahwa musik adalah bahasa universal yang harus terus berkembang tanpa batas.
Lihat juga:
Lolot: Mengukir Legenda Rock Alternatif Bali dengan Kejujuran dan Karakter Kuat
Lanang: Fondasi Groove, Sang Penghibur, dan Pilar Kekuatan Lolot Band
Deny Surya: Sang Pondasi Ritme, dari Lolot hingga Dialog Dini Hari
Donnie Lesmana: Sang Penjaga Melodi dan Fondasi Kekuatan Lolot Band
Hendra Dwiartha Guna: Sang Penjaga Ritme Generasi Baru dan Semangat Lolot Band
Tidak ada komentar:
Posting Komentar