Minggu, 22 Juni 2025

Lolot: Mengukir Legenda Rock Alternatif Bali dengan Kejujuran dan Karakter Kuat

 

Band Lolot, yang identik dengan musik rock alternatif berbahasa Bali, memiliki perjalanan karier yang panjang dan penuh warna, diwarnai dengan semangat bermusik, perjuangan pribadi, serta komitmen pada budaya lokal. Berawal dari persahabatan erat antara Made Bawa (Lolot) dan Bobby Kool (Superman is Dead) di masa SMA, band ini telah tumbuh menjadi salah satu ikon musik Bali yang tak tergantikan.

Awal Perjalanan dan Pembentukan Identitas Musikal (1990-an)

Kisah Lolot bermula di bangku SMA, di mana Made Bawa, yang kemudian akrab disapa Lolot, dikenal sebagai sosok yang nyentrik. Ia sering mengenakan kaos band metal seperti Obituary, Sepultura, dan Massacre, serta memiliki usaha sablon khusus baju metal di rumahnya. Bobby Kool, yang tertarik pada dunia musik, pertama kali mengenal Lolot di kelas dua SMA setelah Lolot pindah dari sekolah sebelumnya. Di rumah Lolot, Bobby Kool pertama kali melihat dan belajar bermain gitar listrik, serta diperkenalkan pada koleksi kaset musik Lolot yang sangat beragam, ibarat perpustakaan yang mencakup berbagai genre, dari yang "paling rusak" hingga "paling bagus".

Pada tahun 1993-1994, sebelum lahirnya Superman Is Dead (SID), Lolot (yang awalnya seorang drummer namun kemudian beralih ke gitar) dan Bobby Kool membentuk band sekolah bernama "Camen Clash" bersama teman-teman sekelas. Mereka memainkan berbagai genre musik, mulai dari lagu pop jadul, Offspring, Green Day, hingga classic rock. Lolot berperan besar dalam mengajari Bobby Kool dasar-dasar gitar dan memberikan banyak referensi musik, termasuk band metal, yang memicu minat Bobby Kool pada gitar. Meskipun Lolot mengaku bermain gitar "ngawur" saat itu, Bobby Kool terkesan dan menjulukinya "Dewa Gitar". Perkenalan dengan Green Day, Bad Religion, dan NOFX semakin mematangkan musikalitas mereka. Selain Camen Clash, Lolot juga aktif di beberapa band metal dan hardcore lain seperti Head Nation, Bitter Suicide, dan Hemorrhage Revolver.

Keterlibatan Singkat dengan Superman Is Dead (SID)

Setelah lulus SMA, Bobby Kool memperkenalkan Lolot kepada Jerinx (Jering), seorang drummer. Band yang kemudian menjadi Superman Is Dead ini awalnya bernama Superman Silver Gun, dengan bassist pertama bernama Ajus. Karena Ajus kurang fokus, Bobby Kool mengajak Lolot untuk mengisi posisi bassist. Lolot bergabung dan berlatih bersama Jerinx dan Bobby Kool di kediaman Jerinx. Mereka sempat tampil di berbagai banjar dengan peralatan seadanya yang sering mengalami masalah teknis akibat karat.

Namun, Lolot memutuskan untuk tidak berlama-lama di SID. Pertimbangannya adalah Lolot sudah memiliki banyak band lain, sekitar empat hingga lima band, yang menyita waktu dan fokusnya. Posisi Lolot kemudian digantikan oleh Eka sebagai bassist SID. Dari momen ini, muncullah sebuah kesepakatan filosofis antara Lolot dan Bobby Kool di pinggir pantai: SID akan fokus pada karier nasional dan internasional, sementara Lolot akan fokus membangun musik di Bali dengan tetap menggunakan bahasa Bali. Bagi Lolot, ini adalah pembagian tanggung jawab, di mana ia menjadi "dasar" dan Bobby Kool (SID) menjadi "sayapnya".

Kejadian dramatis juga mewarnai masa ini, yaitu ketika adik perempuan Lolot meninggal dunia. Peristiwa ini sangat membekas bagi Lolot dan Bobby Kool, yang saat itu baru pulang latihan bersama.

Lahirnya Band Lolot dan Kebangkitan Musik Bali (Awal 2000-an)

Setelah keluar dari SID, Lolot memulai proyek solonya. Dengan keberanian yang luar biasa, ia membawakan lagu-lagu ciptaannya sendiri yang berbahasa Bali di Twice Bar, sebuah langkah yang tidak lazim pada masanya. Keputusan untuk menggunakan bahasa Bali salah satunya didasari oleh kejujuran, karena Lolot sendiri kadang tidak sepenuhnya mengerti lirik lagu berbahasa Inggris yang ia bawakan. Lagu "Iluh Sari" menjadi salah satu karya terpopulernya yang lahir dari imajinasi dan ungkapan jujur. Anggota SID, termasuk Jerinx, sering memberikan dukungan dalam pertunjukan dan proses rekaman awal Lolot.

Nama "Lolot" sendiri adalah panggilan yang tidak diketahui persis asal-usulnya, meskipun di desanya ada lima orang lain yang juga dipanggil "Lolot" dan dikenal memiliki karakter "kebandalan". Lolot sempat ingin menggunakan nama aslinya, Made Bawa, namun teman-temannya menyarankan nama "Lolot" karena dianggap lebih keren. Nama ini bahkan bisa diartikan sebagai "laki-laki tolol" atau "laki-laki kolok" (bodoh) jika dibalik, mungkin merujuk pada sisi nakal atau bandelnya. Awalnya band ini bernama "Lolot and Band".

Dalam perjalanannya, Bobby Kool memperkenalkan Lanang sebagai bassist dan Doni sebagai gitaris kepada Lolot. Awalnya, Doni dan Lanang hanya menjadi session player yang membantu Lolot dalam rekaman, belum menjadi anggota band tetap.

Band Lolot Formasi Pertama (Made Bawa, Doni, Lanang, Denny Surya)

Album pertama Lolot berjudul "Gumine Mangkin". Album ini meledak setelah empat lagunya bocor, yang awalnya merupakan kesalahan teknis namun justru membawa berkah dan pembuktian bagi karya Lolot. Awalnya, Lolot ingin menjadi tukang sablon, tetapi karena kepercayaan masyarakat pada musiknya, ia tetap berkarier di jalur musik. Penjualan kaset "Gumine Mangkin" mencapai puluhan ribu kopi, bahkan ratusan ribu kopi secara akumulatif, suatu angka yang fantastis pada masanya. Kesuksesan ini bahkan membawa Lolot menjadi nominasi dan pemenang SCTV Music Award.

Lolot juga dikenal dengan logo ikonik bola delapan biliar bertanduk. Bola delapan melambangkan angka yang tidak putus (kekal), serta warna hitam dan putih yang merepresentasikan gelap dan terang atau keseimbangan Rwa Bhineda (laki-laki dan perempuan). Tanduk pada logo melambangkan kewibawaan, kekuasaan, atau sisi "jahat" dalam pandangan tertentu. 

Perjuangan dan Spirit Idealistis

Perjalanan Lolot tidaklah mudah. Ia menghadapi penolakan dari berbagai label rekaman di Bali karena musiknya dianggap terlalu keras (rock) dan liriknya yang berbahasa Bali dianggap terlalu vulgar atau tidak sesuai pasar saat itu. Banyak label menganggap genre pop tradisional Mandarin lebih laku. Lolot bahkan menjual barang-barang pribadinya, termasuk sepeda motor, untuk membiayai rekaman. Di tengah kesulitan ini, ia bertemu dengan Bagus Mantra dari studio Pregina, yang tertarik pada karyanya karena melihat adanya kejujuran dan totalitas. Bagus Mantra mengambil alih proyek tersebut dan membantu memproduseri album pertama Lolot.

Lolot juga memiliki sejarah perjuangan pribadi. Sejak SD, ia dikenal sebagai pribadi yang emosional dan cenderung melampiaskan emosi dengan merusak diri atau benda. Di masa remaja, pergaulan membawanya pada konsumsi minuman keras dan bahkan narkoba. Ia mengaku pernah menggunakan beberapa jenis narkoba sebelum dan saat ngeband, tetapi tidak menjadi pecandu. Ia mengalami paranoid dan ketakutan ekstrim selama setahun akibat penggunaan narkoba. Akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti dengan menjauhi pergaulan lama, mencari suasana baru, dan mendekatkan diri pada ritual keagamaan. Pengalaman-pengalaman pahit ini, termasuk insiden pencabutan penjor lomba desa karena frustasi dan ditolak cinta, membentuknya menjadi pribadi yang lebih kuat dan menjadi inspirasi dalam lirik-lirik lagunya.

Dalam pertunjukan, Lolot dikenal dengan ritual minum arak sebelum atau saat manggung. Baginya, arak adalah "spirit" yang membantunya berekspresi dan menyatu dengan penonton, yang justru kecewa jika ia tidak minum. Ia belajar mengendalikan diri, minum secukupnya, dan memastikan makan sebelum minum untuk menjaga performa.

Dinamika Band dan Era Vakum

Lolot dikenal sebagai band yang stabil dan solid. Made Bawa, Lanang, dan Doni, serta Deni (drummer sebelumnya) dan Hendra (drummer saat ini), memiliki peran yang setara. Tidak ada satu figur sentral yang mendominasi; setiap personel memiliki porsi dan ruang kreatifnya sendiri. Doni, sang gitaris, dikenal sebagai "Dewa Gitarnya Bali," mampu menginspirasi banyak orang untuk belajar gitar melalui permainannya di Lolot. Lanang, bassist, dikenal emosional namun juga sosok yang mampu mencairkan suasana dengan humor. Denny, drummer sebelumnya, adalah seorang perfeksionis yang detail dalam aransemen dan sound. Hendra, drummer saat ini, direkomendasikan oleh Doni karena kemampuannya mengimbangi permainan band dan usianya yang lebih muda untuk berinteraksi dengan penggemar generasi baru. Konflik atau ketegangan antarpersonel diselesaikan dengan candaan dan saling pengertian, karena mereka memandang band sebagai keluarga dan pekerjaan, bukan sekadar hobi.

Setelah sukses besar dengan beberapa album, Lolot memasuki fase vakum sekitar tahun 2008-2012. Alasan utamanya adalah titik jenuh yang dialami Lolot akibat jadwal panggung yang sangat padat, serta keinginan untuk lebih berkonsentrasi pada keluarga setelah menikah. Selama periode vakum ini, Lolot sempat meniti karier solo, masih menggunakan nama "Lolot" untuk merilis album seperti "Nyujuh Langit", dengan dukungan dari Gus Mantra. Banyak yang meragukan apakah Lolot akan kembali bangkit.

Kebangkitan dan Regenerasi Penggemar

Namun, semangat untuk kembali muncul. Lanang menjadi salah satu pendorong kuat untuk Lolot kembali bersama. Pada tahun 2013-2014, Lolot kembali aktif dengan album baru. Kebangkitan ini membawa format baru dan roh baru bagi band. Lolot merasakan fenomena unik: banyak penggemar awalnya adalah orang tua, dan kini anak-anak mereka juga menjadi penggemar Lolot, menandakan adanya regenerasi basis penggemar.

Lolot Formasi Kedua (Hendra, Made Bawa, Lanang, Doni)

Lolot melihat musik sebagai bagian tak terpisahkan dari hidupnya, menganggapnya sebagai "orang tua kedua". Ia tidak memaksakan anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya di musik, meskipun ada indikasi bakat musikal pada mereka. Lolot juga memiliki harapan untuk adanya regenerasi di kancah musik rock Bali berbahasa Bali, meskipun mengakui bahwa band-band baru cenderung lebih mudah berproses dengan teknologi modern namun terkadang kehilangan "hati" dalam berkarya.

Perjalanan karier Lolot adalah cerminan dari dedikasi, kejujuran, dan adaptasi. Dari penolakan hingga penghargaan, dari perjuangan pribadi hingga keberhasilan kolektif, Lolot telah membuktikan bahwa karakter dan konsistensi adalah kunci eksistensi di dunia musik.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melali ke Pantai Nunggalan

  Pantai Nunggalan Pantai Nunggalan terletak di ujung selatan Bali, tepatnya di Desa Pecatu, Kuta Selatan. Pantai Nunggalan jadi salah satu ...